Pangeran Antasari pejuang islam dari borneo


Awalnya Kesultanan Banjar merupakan kasultanan besar penguasa Kalimantan Selatan. Namun karena tingginya campur tangan penjajah Belanda dalam lingkungan keraton, menyebabkan satu persatu wilayah kekuasaanya berpindah tangan ke Belanda. Hingga hanya Banjarmasin yang tersisa sebagai wilayah Kesultanan Banjar.

Akibat tingginya campur tangan dan perilaku 
sewenang-wenangan Belanda, membangkitkan kemarahan rakyat untuk menentang. Dalam kondisi seperti ini, Pangeran Antasari ditunjuk sebagai pemimpin rakyat tampil ke depan untuk memimpin perlawanan ini.
Dalam buku Perang Salib versus Perang Sabil karangan Abdul Qadir Djaelani ditulis, Sejak kecil Pangeran Antasari tidak senang hidup di istana yang penuh intrik dan dominasi kekuasaan Belanda. Ia bersama keluarga lebih memilih hidup dI tengah rakyat, belajar agama kepada para ulama, dan hidup dengan berdagang serta bertani.
Pengetahuan dan ketaatan melaksanakan ajaran-ajaran Islam, serta ketabahannya dalam menghadapi setiap tantangan, menyebabkan ia dikenal dan disukai oleh rakyat Kesultanan Banjar. Maka tidak heran jika penunjukan Antasari sebagai pemimpin perlawanan mendapat dukungan penuh dari berbagai elemen rakyat.

Bahkan dalam mengobarkan perlawanan kepada penjajah Belanda di tengah masyarakat, Pangeran Antasari yang mendapat dukungan penuh dari Pangeran Hidayat yang menjabat sebagai Sultan Kerajaan Banjar. Semua kekuatan dihimpun untuk menyerang Belanda, mulai dari daerah Barito, Kapuas, Hulu Sungai, Tanah Laut dan daerah lainnya.
Hingga ratusan pasukan telah siap bergerak dengan satu komando.

Tepatnya tanggal 28 April 1859, Perang Banjar yang dipimpin Pangeran Antasari meletus. Tujuan utama pertempuran adalah untuk menguasai benteng Pengaron yang dipertahankan mati-matian oleh Belanda. Pertempuran dI benteng pengaron ini, disambut dengan pertempuran-pertempuran di berbagai medan yang tersebar di Kalimantan Selatan.

Perang Banjar kemudian disambut dengan pertempuran-pertempuran lain untuk melawan dominasi Belanda di Kalimantan Selatan. Seperti pertempuran mempertahankan benteng Tabanio pada Agustus 1859, pertempuran mempertahankan benteng Gunung Lawak pada september 1859, dan pertemuran mempertahankan kubu pertahanan Munggu Tayur pada Desember 1859.

Sementara itu Pangeran Hidayat makin jelas menentang Belanda dengan memihak kepada perjuangan rakyat yang dipimpin oleh Pangeran Antasari, memaksa penguasa Belanda menuntut supaya Pangeran Hidayat menyerah. Namun hal itu ditolak oleh Pangeran Hidayat hingga akhirnya penguasa kolonial Belanda secara resmi menghapuskan kesultanan Banjar pada tanggal 11 Juni 1860.

Perlawanan semakin meluas, kepala- kepala daerah dan para ulama ikut memberontak, memperkuat barisan pejuang Pangeran Antasari bersama-sama Pangeran Hidayat. Tetapi karena persenjataan pasukan Belanda lebih lengkap dan modern, pasukan Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayat terus terdesak serta semakin lemah posisinya.
Setelah memimpin pertempuran selama hampir tiga tahun, ditambah kondisi kesehatan yang terus menurun, akhirnya Pangeran Hidayat menyerah kepada Belanda tahun 1861. Dan dibuang ke Cianjur, Jawa Barat. Sebagai gantinya, perjuangan umat Islam Banjar dipimpin sepenuhnya oleh pangeran Antasari. Baik sebagai pemimpin rakyat, maupun sebagai pewaris kesultanan Banjar. sebagai pemimpin perjuangan umat Islam tertinggi di Kalimantan Selatan, maka pada tanggal 14 Maret 1862, bertepatan dengan 13 Ramadhan 1278 Hijriah,
Pangeran Antasari mulai menyerukan perlawanan kepada Belanda dengan mengajak seluruh elemen masyarakat berpegang teguh kepada keyakinan
'Hidup dan mati hanya untuk Allah SWT'."

Karena sikap Pangeran Antasari yang menjunjung tinggi agama Islam, seluruh rakyat, pejuang, para alim ulama dan bangsawan-bangsawan Banjar dengan suara bulat mengangkat Pangeran Antasari menjadi Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin. Suatu gelar yang juga pernah disandang oleh Rasullulah SAW.
Pengangkatan ini sekaligus menempatkan Pangeran Antasari secara resmi memangku jabatan sebagai kepala pemerintahan, panglima perang dan pemimpin tertinggi agama Islam.

Pertempuran yang berkecamuk makin sengit dan berlangsung di berbagai medan, antara pasukan Khalifatul Mukminin dengan pasukan Belanda. Namun karena pasukan Belanda mendapatkan sokongan bala bantuan dari Batavia dan persenjataan modern, akhirnya pasukan Pangeran Antasari berhasil dipukul mundur hingga memaksa memindahkan benteng pertahanannya di hulu Sungai Teweh.

Perlawanan terus ditunjukkan oleh pasukan Pangeran Antasari hingga akhirnya Pangeran Antasari meninggal pada 11 Oktober 1862, setelah sakit komplikasi yang dideritanya. Selepas kepergiannya, perjuangan melawan penjajah di Kesultanan Banjar dipimpin oleh Gusti Muhammad Seman, Gusti Muhammad Said dan teman dekat pangeran.

SUMBER : MERDEKA.COM

KOMEN PAPAMIMIN
“ Hidup untuk Allah dan Mati untuk Allah! ” kata SANG PANGERAN ANTASARI

JAMAN DULU PANGERAN/SULTAN MEMIMPIN LANGSUNG "JIHAD" MELAWAN PENJAJAH KAFIR BELANDA...

SEPERTI
PANGERAN DIPENOGORO (JAWA), PANGERAN ANTASARI (BANJAR KALIMANTAN), PANGERAN WIJAYAKRAMA (JAKARTA), SULTAN BADARUDIN (PALEMBANG), SULTAN BABULAH (MALUKU), SULTAN HASANUDIN (MAKASAR), SULTAN AGENG TRITAYASA (BANTEN), SULTAN AGUNG (MATARAM), SULTAN MAHMUD SYAH (ACEH) DLL

MEREKA PANGERAN/SULTAN TERDAHULU BERJUANG DEMI KEJAYAAN ISLAM DI TANAH AIR.

"Kami tidak akan meninggalkan kancah peperangan agar kalimat Allah menjadi tinggi dan
kalimat orang2 kafir rendah, atau kami hancur dalam berjuang"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Spanduk Idul Adha

Fiqih Shalat Witir (Bag. 2)

6 Tips Agar Buah Hati Senang Menghafal Al-Quran