Mengapa Kita Diuji?

Ustadz Faris BQ

Jika telah dicatat surga untukmu, sementara amalanmu belum sampai untuk mengantarkanmu ke sana, maka Allah akan memberimu kesusahan, kesedihan, dan sakit, hingga kau jadi layak memasuki surga karena kesabaranmu akan ujian itu.

Apakah Allah terlalu pelit sehingga untuk memasuki surga-Nya saja harus bertransaksi seperti itu? Mahasuci Allah dari sifat rendah seperti itu.

Engkau diuji untuk membuatmu satu level dengan surgamu. Engkau diuji agar nanti benar-benar mensyukuri nilai surgamu. Engkau diuji untuk diajarkan akan harga dunia yang sesungguhnya.

Tanpa itu semua, apa beda orang yang hidup menyertakan Allah dengan yang mengabaikan-Nya? Tanpa itu semua, apa beda dirimu dan penghuni neraka? Tanpa itu semua, dimana nilai surga di hadapan dunia?

Suatu hari, Allah menghalangimu dari sesuatu untuk memberimu yang lain yang lebih bernilai. Banyak peristiwa yang ketika datang tak diinginkan, tetapi kemudian mendatangkan banyak kebaikan.

Nabi SAW, kekasih Allah, diciptakan sebagai makhluk terbaik sesemesta, tapi mengapa sejak lahir diberi kesulitan dan keluputan?

Begitu lahir, ia mendapati kenyataan terlahir yatim, lalu ditolak untuk jadi anak susuan oleh para wanita Bani Saad sebelum diambil oleh Halimah, kemudian kehilangan ibu di usia 6 tahun, ditinggal wafat oleh kakek yang mengasuhnya sepenuh hati pada umur 8 tahun, hidup dengan keluarga paman yang miskin dengan 10 orang anak, dan seterusnya.

Siapa mengira, itu semua menjelma menjadi anugerah di kemudian hari. Itu semua adalah persiapan dari Allah untuknya memimpin peradaban, memiliki pengikut hingga kiamat yang tak pernah berhenti bersalawat untuknya. Dia hidup di milyaran hati anak manusia. Dan nanti dibangkitkan di tempat yang amat terhormat (maqaaman mahmuuda).

Begitupun, pada hari Yusuf as dimasukkan ke sumur oleh saudara-saudaranya, siapa yang berani berkata itu bukan kesialan dan keburukan? Tetapi itu adalah jalan yang harus ditempuh Yusuf untuk menjadi raja yang agung, yang dengannya bangsa besar Mesir selamat dari tujuh tahun paceklik. Selamatnya Mesir saat itulah yang membuat negeri ini terus hidup hingga hari ini, dengan seluruh sumbangannya kepada dunia.

Pada hari Allah perintahkan Ibrahim as menyembelih anaknya sendiri, Ismail as, siapa yang berani berkata itu mudah dan tidak jelek? Menyembelih anak! Tetapi itu cara Allah agar anak-anak yatim dan orang miskin merasakan manisnya daging kurban hingga hari kiamat. Tanpa episode penyembelihan Ismail as syariat berkurban tetap bisa diterapkan, tetapi untuk sampai berkesan di hati jutaan orang adalah hal yang berbeda.

Begitulah yang berlaku dalam kehidupanmu. Pada hari ini engkau melihatnya buruk dan sulit, tak lama kemudian kau akan mensyukurinya. Itulah tabiat ujian.

Makin cinta Allah kepada seorang hamba, makin banyak ia diuji. Ia dipersiapkan untuk masa depan yang sangat indah. Maka berbahagialah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Spanduk Idul Adha

Fiqih Shalat Witir (Bag. 2)

Contoh Pamflet Mukhoyam